Nama anggota :
§Geoffray Wilson
§Lowrance P.
- §Ronaldus Rombe
- §Ulfa
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami
panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena berkat dan
pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah sejarah mengenai “Perang
Batak” ini dengan baik dan tepat waktu. Kami sadar, dalam makalah ini terdapat banyak
kekurangan serta kekeliruan, dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya, dan kami akan sangat berterima kasih apabila
pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki makalah ini
sehingga makalah ini akan lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca sekalian umumnya dan bagi penulis khususnya. Akhir
kata kami ucapkan terima kasih. Tuhan memberkati.
Makale, November 2014
Kelompok 8
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................................
i
Daftar Isi
...........................................................................................................................
ii
Bab 1 : Pendahuluan
A.
Latar Belakang
........................................................................................
1
B.
Rumusan Masalah
...................................................................................
1
C.
Hipotesis ......................................................................................................
1
Bab 2 : Analisis Data
......................................................................................................
3
Bab 3 : Kesimpulan .........................................................................................................
7
Daftar Pustaka
................................................................................................................
8
:: BAB 1 ::
“PENDAHULUAN”
A.
Latar Belakang
Batak merupakan nama kawasan dan sekaligus nama suku,
Suku Batak. Ada beberapa kelompok Batak misalnya ada Batak Toba, Batak Karo,
Bataka Simalungun, Batak Mandailing, dan Batak Pakpak. Secara
historis-sosiologis masyarakat Batak menarik untuk dikaji. Secara sosiologis,
basis masyarakat Batak sebenarnya berada di daerah-daerah kompleks perkampungan
yang disebut juga huta. Setiap
kesatuan huta didiami oleh satu
ikatan kekerabatan yang disebut marga. Dalam strukturnya, di atas huta atau gabungan dari beberapa huta
terbentuk horja dan gabungan dari beberapa horja terbentuk bius. Kesatuan dari
bebrapa bius itu terbentuklah satu wilayah kerajaan, kerajaan masyarakat batak
yang dipimpin oleh Raja Si Singamangaraja. Pusat pemerintahannya di Bakkara
(sebelah barat danau Toba). Sejak tahun 1870 yang menjadi raja adalah Patuan
Bosar Ompu Pulo Batu yang bergelar Si Singamangaraja XII. Sisingamangaraja
XII dinobatkan menjadi Raja Batak pada umur 19 tahun. Pada tahun 1878 Raja Si Singamangaraja XII angkat
senjata memimpin rakyat Batak untuk melawan Belanda. Bagaimana jalannya perang
Batak? Apakah Belanda berhasil diusir dari Batak?
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa penyebab terjadinya perang Batak ?
2.
Siapa yang memimpin perlawanan masyarakat Batak ?
3.
Bagaimana jalannya perang Batak ?
4.
Bagaimana akhir dari perang Batak ?
5.
Apa saja dampak dari perang Batak ?
C.
Hipotesis
Perang
Batak terjadi karena Si Singamangaraja XII menentang penyebaran agama Kristen
oleh Belanda di tanah Batak. Hal ini disebabkan karena Si Singamangaraja XII
khawatir akan perkembangan agama Kristen itu akan menghilangkan tatanan
tradisional dan bentuk kesatuan negeri yang telah ada secara turun-temurun.
Pada
tahun 1878 Si Singamangaraja XII memimpin rakyat Batak untuk angkat senjata
melawan Belanda.
Peperangan berlangsung
kira-kira 70 tahun
dan terjadi pada daerah-daerah seperti di Bahal Batu, Buntar, Siborong-borong,
Balige, Lumban Julu,
dan
Laguboti. Dengan memanfaatkan benteng
alam dan juga beberapa benteng buatan, beberapa kali pasukan Si Singamangaraja
berhasil mematahkan serangan Belanda. Dan untuk menghindari sergapan Belanda,
berkali-kali Si Singamangaraja
memindahkan pusat pemerintahanya. Pada tahun1894, Belanda mengerahkan kekuatan
untuk menguasai Bakkara sebagai pusat kekuasaan Si Singamangaraja XII. Pertempuran
sengit terjadi di daerah Pakpak Dairi, sebelah barat Danau Toba.
Pada tahun 1907 pasukan
Belanda berhasil memotong hubungan Si Singamangaraja XII dengan Aceh
dan membatasi ruang gerak pasukan Si Singamangaraja di sekitar Barus
dan Singkel. Pada bulan Juni 1907 pasukan Belanda di bawah pimpinan Kapten Hans
Christopel
berhasil menemukan Si Singamangaraja
di dekat Aek Sibulbulon, daerah Dairi. Dalam kondisi terkepung, Si Singamangaraja
beserta
pengikutnya tetap melakukan perlawanan.
Dan dalam pertempuran itu, Si Singamangaraja beserta 2 orang
putranya, Sutan Nagari dan Patuan Anggi, serta seorang putrinya Lopian gugur
bersama pasukan lainnya. Istri dan anak-anaknya yang masih hidup kemudian
ditawan dan dibuang keluar daerah Batak. Jenazah Si Singamangaraja XII dibawa ke
Tarutung dan dimakamkan didepan Tangsi Militer Belanda. Tahun 1953 dipindahkan ke
Soposurung Balige. Perlawanannya diteruskan oleh Parsihu Damdam.
DAFTAR
PUSTAKA
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2014. Sejarah
Indonesia. Jakarta. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
:: BAB 2 ::
“ANALISIS DATA”
Perang Batak dimulai dari tahun 1878 –
1907 yang terjadi selama 29 tahun. Perang Batak ini terjadi disebabkan
kedatangan bangsa Belanda ke pedalaman
Batak yang waktu itu dipimpin oleh Si Singamangaraja XII sebagai ahli
waris dari Si Singamangaraja
XI yang masih bebas dari bangsa Belanda. Daerah Batak ini terletak di Danau
Toba dan sekitarnya. Batak
merupakan sebuah daerah yang tentram dan damai karena terhindar dari
pertentangan dan ketagangan dan juga
masyarakatnya percaya
kepada pemimpin mereka yang akan menjaga kesalamatan mereka semuanya.
Masyarakat sekitar sangat
susah menerima pengaruh dari luar yang
meraka anggap sebagai penganggu tradisi mereka, namun hal ini tidak bisa
dihindari lagi karena pemerintahan Belanda selalu ingin memperluas daerah
pemerintahan mereka. Sebelumnya sudah ada juga pada masa VOC tetapi tidak
begitu berpengaruh. Tapi sejak lahir abad ke XIX
pemerintahan
Belada selalu mengirim ekspedisi mereka untuk melakukan penaklukan dan pendudukan
sehingga daerah kekuasaannya semakin luas.
Setelah Perang Padri berakhir,
Belanda terus meluaskan daerah pengaruhnya. Belanda mulai memasuki tanah Batak seperti
Mandailing, Angkola, Padang Lawas, Sipirok bahkan sampai Tapanuli. Hal ini jelas merupakan
ancaman serius bagi kekuasaan Raja Batak, Si Singamangaraja XII. Masuknya dominasi Belanda ke
tanah Batak ini juga disertai dengan penyebaran agama Kristen. Penyebaran agama Kristen
ini ditentang oleh Si Singamangaraja XII, karena dikhawatirkan
perkembangan agama Kristen itu akan menghilangkan tatanan tradisional dan bentuk kesatuan negeri yang telah
ada secara turun temurun. Di lain sisi, ia juga takut kedudukannya tidak di anggap lagi sehingga akan
merusak hubungan antara rakyat dengan pemimpinnya yang dulunya sangat ketat. Untuk
menghalangi proses Kristenisasi
ini, pada tahun 1877 Raja Si Singamangaraja XII berkampanye keliling ke daerah daerah untuk menghimbau agar
masyarakat mengusir para zending yang memaksakan agama Kristen kepada penduduk. Masuknya
pengaruh Belanda ini juga akan mengancam kelestarian tradisi dan adat asli orang-orang
Batak. Akibat kampanye Raja
Singamangaraja XII telah menimbulkan
ekses pengusiran para zending bahkan ada penyerbuan dan pembakaran terhadap pos-pos zending di
Silindung. Kejadian ini telah memicu kemarahan Belanda dan dengan alasan melindungi para
zending, pada tanggal 8 Januari 1878 Belanda mengirim pasukan untuk menduduki Silindung.
Pecahlah Perang Batak.
Alasan untuk melindungi
para Zending tentu alasan yang dibuat-buat Belanda.
Karena
yang jelas Belanda menduduki Silindung sebagai langkah awal untuk memasuki
tanah Batak yang merupakan wilayah kekuasaan Raja Si Singamangaraja XII.
Belanda ingin menguasai seluruh tanah Batak. Mula pertama pasukan Belanda yang
dipimpin oleh Kapten Schelten menuju Bahal Batu. Rakyat Batak di bawah pimpinan
langsung Raja Si Singamangaraja XII melakukan perlawanan terhadap gerakan pasukan
Belanda di Bahal Batu. Dalam menghadapi perang melawan Belanda ini rakyat Batak
sudah menyiapkan benteng pertahanan seperti benteng alam yang terdapat di
dataran tinggi Toba dan Silindung. Di samping itu dikembangkan benteng buatan
yang ada di perkampungan. Setiap kelompok kampung dibentuk empat persegi dengan
pagar keliling terbuat dari tanah dan batu. Di luar tembok ditanami bambu
berduri dan di sebelah luarnya lagi dibuat selokan keliling yang cukup dalam.
Pintu masuk dibuat hanya beberapa buah dengan ukuran sempit. Pada tanggal 1
Februari 1987 untuk
memperkuat pasukan Belanda di Silindung, pasukan
Belanda diberangkatkan dari Sibolga
dibawah pimpinan Kapten Scheltes
yang terdiri dari 2 opsir, 25 orang prajurit Eropa dan 35 orang Prajurit
Pribumi. Ketika Si Singamangaraja
megetahui bahwa pasukan Belanda telah sampai di Bahal Batu, ia segera ke Balige untuk
mengumpulkan rakyat dan menyusun
kekuatan untuk melawan musuh. Dengan 700
orang pasukan Si Singamangaraja
langsung menyerang kubu – kubu pertahanan musuh. Pihak Belanda melakukan
serangan balik sehingga terjadilah
pertempuran pertama
yang sengit di Bahal Batu. Tetapi nampaknya kekuatan pasukan Batak tidak
seimbang dengan kekuatan tentara Belanda, sehingga pasukan Si Singamangaraja
ini harus ditarik mundur. Hasilnya, pihak Belandalah yang berhasil menduduki tempat
tersebut.
Pada
tanggal 7
maret 1987 Belanda mendapat bantuan dibawah pimpinan F. J. Engel
disertai dengan residen Sibolga dan pendeta Nommesen. Pada saat itu,
pertempuran terus merambat keperdalam Bahal Batu. Saat pertempuran di Butar pasukan
Batak berhasil membunuh seorang tentara Belanda
sehingga Belanda
mengadakan pembelasan dengan membakar
kampung – kampung yang ada disekitarnya. Tetapi kampung Butar dengan
tembok yang tinggi membuat Belanda sangat sulit
untuk menerobos jantung kampung
tersebut.
Setelah Belanda
berhasil
menerobos kampung tersebut ternyata
kampung itu kosong.
Yang
dapat ditawan hanyalah
kepala kampung Butar saja.
Pertempuran sengit juga
terjadi di kampung Lobu Siregar dan Upu Ni Sirabar. Awalnya
kampung-kampung itu
sangat sulit
untuk
dikuasai
oleh Belanda, namun karena kegigihan Belanda mereka
berhasil menduduki kampung tersebut. Pasukan Si Singamangaraja
menarik diri dari tempat tersebut,
sedangkan kepala kampung ditawan oleh Belanda dan kampung tersebut dibakar.
Namun sesudah perang di Lobu dan Upu
Ni Sirabar, pihak Belanda kembali ke
Sibolga. Sedangkan Si Singamangaraja
sedang menyusun strategi untuk kembali
menyerang pihak Belanda.
Saat pasukan Belanda
megepung daerah disekitar Danau Toba
dan menagkap semua kepala kampung yang membangkang, disaat bersamaan pasukan Si
Singamangaraja
menyerang pos pertahan Belanda di Bahal
Batu. Akan tetapi Belanda berhasil medahuluinya dengan tembakan – tembakan
sehingga pasukanya ditarik mundur oleh Si Singamangaraja.
Perang
Batak ini semakin meluas ke daerah-daerah lain. Setelah berhasil menggagalkan berbagai serangan
dari pasukan Si Singamangaraja XII, Belanda mulai bergerak ke Bakkara. Bakkara
merupakan benteng dan istana Kerajaan Si Singamangaraja.
Dengan jumlah pasukan yang cukup besar Belanda mulai mengepung Bakkara. Letnan Kitchner menyerang
dari arah selatan, Chelter mendesak dari sebelah timur,
sementara Van den Bergh mengepung dari arah barat. Beberapa komandan tempur Belanda berusaha memasuki
benteng Bakkara, tetapi selalu dapat dihalau dengan
lemparan batu oleh para pejuang Batak. Akhirnya benteng dan Istana Bakkara dihujani tembakan-tembakan yang
begitu gencar, sehingga benteng itu dapat diduduki Belanda. Si Singamangaraja dan
sisa pasukannya berhasil meloloskan diri dan menyingkir
ke daerah Paranginan di bagian selatan Danau Toba. Belanda terus memburu. Si Singamangaraja
menyingkir ke Lintung. Belanda terus mengejar.
Si Singamangaraja terus bergerak ke Tambunan, Lagu Boti, dan terus ke Baligie.
Dengan kekuatan pasukannya, Belanda dapat menguasai tempat-tempat itu semua,
sehingga semua daerah di sekitar Danau Toba sudah dikuasai Belanda.
Pertempuran
demi pertempuran
membuat pasukan Batak kewalahan menghadapi pasukan Belanda sehingga kampung Huta Dalah
akhirnya jatuh ke tangan
Belanda
dan kepala kampung tewas. Kemudian
Huta Anggaris juga
behasil direbut Belanda sedangkan Huta Angin diperkuat sehingga megakibatkan
Belanda susah masuk. Untuk memasuki Huta
Angin, Belanda harus mengalahkan terlebih dahulu Huta Ragga Bosi namun pasuka Batak mengalir untuk mebantu Huta
tersebut dan menghantam pasukan belanda yang mengepung. Pertempuran demi
pertempuran yang mengakibatkan pasukan Batak kualahan menghadapi pasukan
Belanda yang
menyebabkan pasukan Si Singamangaraja
terbagi dua dan berhasil menguasai Huta Saon Angin. Selain peperangan di Huta Saon Angin,
di Umpu Tinggi juga sedang terjadi perlawan yang
sengit melawan Belanda. Serangan itu dapat dipatahkan oleh Belanda sedangkan pasukan Si Singamangaraja terus didesak ke Barat
laut Huta Timbang. Pada
saat itu Huta Timbang telah diduduki oleh Belanda sehingga di sana terjadi pertempuran yang
sengit, sehingga
Huta ini tidak bisa di amankan dan akhirnya
Huta ini jatuh ketangan Belanda. Belanda
akan menyerang Huta – Huta lainya tetapi
cuaca tidak mengizinkan
sehingga mereka menuruna niat. Kemudian Belanda
mengerahkan
pasukan ke Huta Tinggi yang Kedua. Scafer dan Spandaw menyerang dari sebelah
selatan dan timur,
tetapi benteng di sana dibuat dari rajau – ranjau
yang sangat menyusahkan bagi pihak Belanda
untuk menerobos kampung tersebut. Namun ini berhasil diatasi sehingga Belanda
dapat meguasai diseluruh penjuru.
Yang
awalnya pasukan Si Singamangaraja
masih melakukan perlawanan
namun tahun 1900 kekuatan Si Singamangaraja
semakin surut. Sehingga perlawanan
tidak lagi
dikerahkan untuk melakukan penyerangan sebanyak mungkin melainkan mempertahankan
diri dari serangan lawan. Tahun
1907 pengepungan yang
dilakukan oleh Belanda terhadap pasukan Si Singamangaraja dilakukan secara
intensif yang dipimpin oleh Hans Christoffel. Tanggal 28 Mei pihak Belanda
mengetahui bahwa Si Singamangaraja
berada di Barus.
Wenzel menarahkan pasukan untuk menangkapnya tetapi tidak berhasil. Pada tanggal 4 Juni 1907 pihak Belanda
mengetahui bahwa Si Singa Mangaraja berada di Penegen dan Bululage dan mereka
melakukan penggrebekan melalui Huta Anggoris yang tak jauh dari Panguhon. Ternyata Si Singamangaraja
telah meninggalkan tempat
itu sebelum mereka datang. Si Singamangaraja terus menyikir ke
daerah
Alahan. Sementara
itu Belanda terus mengejar melalui kampung Batu Simbolon, Bongkaras dan Komi.
Banyak penduduk sekitar ditangkap karena dicurigai bekerjasama dengan
Si Singamangaraja.
Berbagai usaha dilakukan Belanda.
Pada tanggal
17 Juni 1907 Si Singa Mangaraja berhasil ditangkap didekat Aik Sibulbulon di derah Dairi. Dalam
keadaan lemah,
Si Singamangaraja
dan pasukanya terus mengadakan perlawanan. Dalam peristiwa
tersebut Si
Singamangaraja
tertembak oleh Belanda, sehingga
pada saat itu Si Singamangaraja
mati terbunuh di tempat.
Di saat yang
bersamaan putrinya Lopian
dan dua putranya Sutan Nagari dan Patuan juga gugur, sedangkan istri dan ibunya masih
menjadi tawanan
perang oleh Belanda. Dengan
gugurnya Si Singamangaraja
maka berakhirlah perang Batak dan seluruh daerah Batak
menjadi milik Belanda. Sejak saat itu
kerja rodi di daerah
ini dimulai dan struktur
tradisional masyarakat semaki lama semakin runtuh.
:: BAB 3 ::
“KESIMPULAN”
Perang
Batak yang terjadi selama 29 tahun, berawal
dari ketidaksukaan
Si Singamangaraja XII terhadap Belanda yang
sengaja menyebarkan agama Kristen di Batak. Hal ini mengakibatkan Si Singamangaraja melakukan perlawan karena
takut Belanda menguasai daerah tesebut lebih luas lagi. Ia juga takut perannya sebagai pemimpin dapat
disingkirkan oleh Belanda. Disisi
lain Si Singamangaraja
sebagai pemimpin juga takut Belanda mempengaruhi rakyat dan bisa berubah
struktur kebuadayaan yang ada disana.
Perperangan demi perperangan yang terjadi sangat merugikan bagi rakyat Batak. Orang Batak banyak terbunuh dan banyak
kerugian yang ditimbulkan. Rumah
– rumah hancur dibakar, agama Kristen saat itu menyebar tanpa ada halangan dari pihak manapun, sedangkan pihak Belanda mengalami
kebangkrutan dana yang
disebabkan
karena saat bersamaan Belanda juga menghadapi Aceh yang begitu kuat sehingga
didatang pasukan – pasukan dari luar yang dibayar mahal. Perperangan yang berlangsung
sangat lama tersebut
berhasil dimenangkan oleh pihak
Belanda.
Dengan gugurnya Si Singamangaraja di medan perang, Belanda berhasil menduduki seluruh daerah Batak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar